Logika Nasi Uduk 1/2 Porsi

Sebut saja Joni namanya.
Joni seorang pekerja kantoran, punya “ritual” sarapan nasi uduk setiap pagi hari sebelum berangkat kerja.

Tentunya Joni punya langganan tempat beli sarapan pagi favoritnya ini.

Joni biasanya membeli nasi uduk sederhana seharga Rp8.000/bungkusnya.

Sampai suatu ketika, Joni sadar ada yang aneh di nasi uduk yang dia beli.
Porsi nasi uduk yang dia beli berkurang!

Ya…tapi memang sih si pedagang nasi uduk itu menurunkan harganya juga, walaupun turun harganya hanya sedikit, dan tidak sebanding dengan penurunan porsinya.

Hingga di satu titik, porsi nasi uduk yang dibeli Joni kini nyaris berkurang 1/2 porsi (berkurang 50%), tapi harga nasi uduk pada porsi tersebut justru malah turun drastis, hanya Rp2.000 (berkurang 75%)!

Sebagai investor di pasar modal, kita bisa belajar hal menarik dari kasus yang dialami Joni.

Investor mungkin resah dan gelisah melihat portofolio investasi sahamnya mengalami penurunan, bahkan mungkin tidak tanggung-tanggung, turun hingga 1/2 dari harga belinya.

Namun yang jadi pertanyaan, apakah kinerja dan kondisi fundamental saham perusahaannya juga turun hingga 1/2 nya?

Masa krisis umumnya membuat perusahaan yang terkenal bagus kinerjanya sekalipun akan mengalami penurunan.
Namun, terkadang pelaku pasar “menghukum” harga sahamnya dengan cara yang relatif “sadis”.

Terkadang penurunan kualitas saham perusahaan tidak seberapa, tapi sahamnya seperti dianggap tak bernilai lagi, sampai-sampai harga sahamnya didiskon lebih besar dari penurunan kualitasnya.

Mari berhitung dengan baik.
Karena mungkin justru Anda mendapatkan peluang saham potensial di tengah krisis!