Gajah mati meninggalkan gading.
Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan UTANG.
Kalau Anda membaca sekilas pandang peribahasa di atas, mungkin Anda langsung menemukan kejanggalan pada peribahasa tersebut.
Ya, bagi Anda yang cukup familiar dengan peribahasa ketika di bangku sekolah dahulu, maka Anda tahu pasti bahwa kata pelengkap untuk peribahasa di atas bukan “UTANG”, melainkan “NAMA”.
Namun, ironisnya zaman sekarang, banyak manusia mati terkadang justru meninggalkan utang.
Bagi Anda sebagai anak yang ditinggal mati orang tua dan mendapat “warisan” utang, maka sudah seharusnya menjadi tanggung jawab Anda untuk melunasinya.
Tapi kalau Anda sebagai orang tua yang suatu saat nanti meninggal dan “menghadiahi” anak Anda dengan utang, maka itu artinya Anda tidak bertanggung jawab dan menyusahkan hidup generasi di bawah Anda.
Hal-hal seperti ini seharusnya tidak terjadi, jika generasi yang lebih senior bisa lebih teratur mengelola keuangan dan mampu berinvestasi, sehingga bisa menyisihkan aset berlebih yang dikemudian hari bisa menjadi harta warisan bagi keturunan selanjutnya.
Selain harta berupa aset fisik, sebenarnya ada warisan lainnya lagi yang tidak kalah berharganya.
Harta warisan itu adalah pengetahuan, keterampilan, dan disiplin diri untuk mengelola keuangan dan berinvestasi.
Kalau Anda mewariskan aset fisik, ini seolah Anda memberi “ikan untuk sekali makan” pada generasi penerus Anda.
Tapi kalau Anda mewariskan juga pengetahuan, keterampilan, dan disiplin diri tentang cara mengelola keuangan dan berinvestasi, maka sebenarnya Anda sedang mengajarkan generasi seterusnya tentang cara membuat “pancingan ikan” dan “ilmu-ilmu memancing”.
Dengan demikian generasi selanjutnya bisa lebih baik dan berkembang lagi secara keuangan.
Bahkan tidak menutup kemungkinan, warisan ilmu tentang mengelola keuangan dan berinvestasi ini bisa menjadi abadi, karena diwariskan terus secara turun-temurun dan memakmurkan generasi-generasi selanjutnya.
Anda tidak dapat memilih akan ditinggalkan warisan berupa aset atau utang dari orang tua.
Tapi sebagai orang tua, Anda dapat memilih untuk mewariskan utang atau mewariskan aset, pengetahuan, dan disiplin diri tentang cara mengelola keuangan serta berinvestasi pada keturunan Anda selanjutnya.
Pilihlah dengan bijak.