3 Langkah Membangun Passive Income (No. 1 Buat yang Masih Bingung Cara Mulai, No. 2 Sering Salah Kaprah)

Bagi para pengejar kebebasan finansial, kata “passive income” adalah hal yang sudah tidak asing lagi.
Tapi terkadang masih ada juga yang ingin mengejar kebebasan finansial, namun salah caranya.

Para pengejar kebebasan finansial berlomba sedemikian rupa membangun aset.
Namun tidak jarang aset yang dipilih kurang tepat.

Berikut adalah 3 langkah membangun passive income:

1. Sisihkan Active Income

Ingin memiliki passive income diibaratkan seperti membangun “mesin uang”.
Layaknya mesin yang perlu dikumpulkan bagian-bagiannya, disusun, dan dirangkai supaya bisa beroperasi menghasilkan sesuatu, demikian halnya juga dengan passive income.

Untuk mengumpulkan bagian-bagian “mesin uang” tersebut, maka perlu modal awal.
Oleh karena itu, tidak bisa disangkal bahwa untuk bisa menciptakan passive income pada mulanya masih memerlukan active income terlebih dahulu.
Active income perlu disisihkan untuk dibelikan aset.

Contoh:
Sisihkan 10% pendapatan untuk dibelikan aset.

2. Pilih Aset Produktif

Aset passive income bukanlah sembarangan aset.
Tidak semua aset bisa dijadikan passive income.

Jika membeli aset tapi tidak menghasilkan arus kas pendapatan, dan baru bisa mendapatkan keuntungan ketika aset tersebut dijual, maka aset tersebut bukan tergolong aset passive income.

Jika ternyata aset tersebut juga masih memerlukan campur tangan aktif dari pemiliknya untuk mengelola, aset ini belum bisa dikatakan sebagai aset passive income.

Ciri-ciri dari aset passive income adalah produktif menghasilkan arus kas pendapatan tanpa campur tangan (atau sedikit campur tangan) pemiliknya.

Contoh:
Properti yang disewakan,
saham yang rajin membagikan dividen, dll.

3. Kelola Aset

Meskipun produktif menghasilkan pendapatan tanpa campur tangan pemilik, aset tetap perlu dikelola dan diperhatikan/dirawat dengan baik.
Tanpa dikelola dan diperhatikan/dirawat dengan baik, maka aset bisa rusak atau kehilangan nilainya dan menjadi tidak produktif lagi.

Cara mengelola aset passive income berbeda-beda tergantung instrumennya.

Contoh:
Aset berupa properti sewa harus dirawat supaya tetap layak pakai dan layak disewakan.
Aset properti yang terawat dengan baik akan memberi nilai tambah ketika disewakan, atau bahkan ketika akan dijual nantinya.

Aset berupa saham bisa terus diperhatikan perkembangan perusahaannya dari waktu ke waktu, dan bisa pertimbangkan tambah kepemilikan perusahaan jika memang perusahaan tersebut dinilai sehat dan menguntungkan.

Sudah banyak cerita investor yang membangun aset tanpa bekal pengetahuan, berakhir rugi dan kehilangan aset.
Jangan sampai salah pilih aset dan salah kelola, sehingga sebabkan kerugian.

Jadi, pastikan Anda bekali diri terlebih dahulu dengan beragam ilmu pengetahuan sebelum membangun passive income.
Sedikit dana kecil untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan bisa sangat membantu dan bermanfaat bagi Anda untuk menghindari potensi rugi besar saat membangun aset passive income.