Pada umumnya, trader menggunakan jumlah indikator yang berlebihan dalam tradingnya.
Tidak jarang, indikator-indikator yang dipilihnya pun memiliki fungsi yang sama.
Alhasil penggunaan indikator menjadi kurang efisien karena berlebihan, dan menjadi kurang efektif karena trader tidak memperoleh sudut pandang yang cukup beragam dari jenis indikator lain untuk memvalidasi hasil analisis trading-nya.
Jenis indikator trading bisa dikelompokkan menjadi 4 kelompok.
- Indikator Trend
Indikator ini biasanya digunakan untuk melihat trend atau kecenderungan pergerakan arah harga, apakah naik (uptrend), turun (downtrend), atau mendatar/konsolidasi (sideway).
Contoh indikator:
garis trendline dan channel,
serangkain kombinasi garis Moving Average.
- Indikator Momentum
Terkadang trend harga bisa berubah, dan perubahan arahnya bisa dideteksi sedari dini.
Untuk mendeteksi adanya potensi terjadi perubahan arah trend, maka bisa memanfaatkan indikator-indikator momentum.
Contoh indikator:
Stochastic, RSI, ATR.
- Indikator Volatilitas
“Volatile” secara harfiah bisa diartikan juga sebagai “lincah”.
Indikator volatilitas bisa digunakan untuk mengukur atau mengamati “seberapa lincah” nya harga mengalami perubahan.
Contoh indikator:
Bollinger band
- Indikator Market Flow
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “uang akan mengalir ke tempat yang menyenangkan atau menguntungkan”.
Dengan adanya informasi mengenai aliran uang, maka bisa dimanfaatkan untuk menganalisis potensi pergerakan harga di masa depan.
Contoh indikator: Bandarmology
Tidak perlu menggunakan seluruh jenis indikator di atas untuk kebutuhan trading.
Tapi usahakan bisa gunakan 2-3 indikator dari jenis yang berbeda untuk kebutuhan trading (misal gunakan moving average dan stochastic), yang diharapkan bisa memberi sudut pandang analisis yang cukup beragam dan bisa saling memvalidasi hasil analisis antar indikator.